Sebutir Pasir Lubai

.

Jumat, 22 November 2013

Berkebun Gaharu

Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur. 
 
Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara penghasil gaharu di dunia, karena mempunyai lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NusaTenggara, Maluku dan Papua. Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini banyak diminati oleh konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada saat ini teknik budidaya tanaman penghasil gaharu telah dikuasai dengan baik, dari mulai kegiatan perbenihan, persemaain, penanaman dan pemeliharaannya. Di wilayah Lubai dan Rambang sebenarnya pohon tumbuh liar dihutan-hutan, namun saat ini kemungkinan pohon ini sudah sangat berkurang jumlahnya dikarenakan hutan-hutan tersebut sudah berubah fungsi menjadi lahan pertanian kebun Karet dan kebun Sawit
 
Adapun beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya pohon penghasil gaharu adalah sebagai berikut :
  1. Persyaratan Tumbuh. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut 
  2. Penanaman. Penanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan secara agroforesty (tumpangsari) dengan tanaman jagung, singkong, pisang atau ditanam di sela-sela tanaman pokok yang telah tumbuh terlebih dahulu, seperti karet, akasia, sengon, kelapa sawit, dan lain-lain. Pada tahap awal pertumbuhan di lapangan bibit penghasil gaharu memerlukan naungan. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman penghasil gaharu tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong (monokultur), maka jarak tanam dapat dibuat 3 X 3 m,  3 x 4 m, 3 x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m
  3. Pemeliharaan. Tanaman penghasil gaharu pada umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma. Karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir. Setelah tanaman berumur 4-6 tahun, barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu
  4. Pemanenan. Pemanenan gaharu dapat dilakukan minimum 1- 2 tahun setelah proses induksi jamur pembentuk gaharu Apabila ingin mendapatkan produksi gaharu yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka proses pemanenan dapat  dilakukan 2-3 tahun setelah proses induksi jamur.Teknik pemanenan dan keahlian dalam pemilahan kayu gaharu (Gubal dan kemedangan) 
Rekayasa Produksi
 
Tahapan rekayasa produksi gaharu secara buatan melalui beberapa proses  sebagai berikut :
  1. lsolasi jamur pembentuk. lsolat jamur pembentuk diambil dari jenis pohon penghasil gaharu sesuai jenis dan ekologi sebaran tumbuh jenis pohon yang dibudidayakan 
  2. ldentifikasi dan skrining. lsolat jamur pembentuk diidentifikasi berdasarkan taksonomi dan morfologinya. Proses  skrining dilakukan dengan menggunakan postulat koch untuk memastikan jamur yang memberikan respons pembentukan gaharu, memang berasal dari jamur yang diinokulasi 
  3. Teknik perbanyakan inokulum. Biakan murni jamur pembentuk gaharu dapat diperbanyak pada media cair dan media  padat.  Diperlukan keterampilan khusus dalam memperbanyak jamur agar proses kemurnian dan  peluang masing-masing jenis jamur pembentuk gaharu akan memberikan respon yang berbeda  apabila disuntik pada jenis pohon penghasil gaharu yang berbeda 
  4. Teknik induksi. Teknik induksi jamur pembentuk gaharu dilakukan pada batang pohon penghasil gaharu. Reaksi pembentukan gaharu akan dipengaruhi oleh daya tahan inang terhadap induksi jamur dan kondisi lingkungan. Respon inang ditandai oleh perubahan warna coklat setelah beberapa bulan disuntik. Semakin banyak jumlah  lubang dan inokulum dibuat maka semakin cepat pembentukan gaharu terjadi. Proses pembusukan batang oleh jamur lain dapat terjadi apabila teknik penyuntikan tidak dilakukan sesuai prosedur


0 komentar:

Posting Komentar